Jangan Biarkan Dirimu Lelah Mencari Pujian Manusia

 

Tidak perlu koar-koar memperlihatkan betapa anda orang baik. Tidak ada gunanya. Standar baik itu ada di sisi Allah Taala. Mengambil standar baik berdasarkan penilaian orang lain hanya membuat dada terasa sempit. Karena dimata manusia, kesalahan itu akan selalu ada. Lagi pula, siapa yang dapat memuaskan semua manusia.

Ibnu Hibban mengatakan,

مَنْ اِلْتَمَسَ رِضَا اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ رضي الله عنه وَأَرْضَى عَنْهُ النَّاسَ ، وَمَنْ اِلْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسَ

Barangsiapa yang mencari ridho Allah meskipun manusia murka, maka Allah akan memberikan keridhoan-Nya dan menjadikan manusia ridho atas dirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang mencari ridho manusia dengan membuat Allah murka, maka Allah akan murka padanya dan menjadikan manusia juga murka pada dirinya.

Keridhoan Allah itu hanya didapatkan dengan hati dan niat yang ikhlas. Niat itu sendiri tempatnya di hati dan Allah Maha Mengetahui isi hati manusia sekalipun manusia tersebut menyembunyikan amal kebaikannya dari mata manusia. Mereka inilah hamba yang mulia, berupaya sedemikian rupa menutup celah rusaknya keikhlasan. Seolah tangan kiri tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kanan mereka.

Syaikh Utsaimin -rahimahullah- mengatakan,

و الله عز وجل يعلم مافي قلب ولا يخفى عليه شيء كما قال الله تعالى في الاية التي ساقها المؤلف (قل إن تخفوا ما في صدوركم او تبدوه يعلمه الله) و يجب على الانسان ان يخلص النية لله سبحانه وتعالى في جميع عبادته ، وألا ينوي بعبادته إلا وجه الله والدار الاخره

Allah Taala mengetahui segala isi hati dan tidak ada yang tersembunyi dihadapan-Nya. Sebagaimana Allah Taala berfirman, “Katakanlah: Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu menampakkannya, pasti Allah mengetahui (QS. Ali-Imran)”. Oleh karena itu, wajib bagi manusia untuk mengikhlaskan niatnya karena Allah semata dalam setiap ibadahnya, dan tidaklah diniatkan ibadah tersebut kecuali karena wajah Allah dan kehidupan akhirat (Syarh riyadhus shalihin karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Juz 1, p.14)

Hanya wajah Allah yang diharapkan di dunia ini. Dunia sebagai tempat persinggahan layaknya menjadi momentum untuk mempersiapkan bekal yang cukup demi kehidupan yang abadi. Mempersiapkan bekal dengan ibadah dan amal shalih hanya menjadi kesia-kesiaan jika yang diharapkan adalah banyaknya pujian manusia, followers, tenarnya nama, atau luasnya popularitas. Sebaliknya, ibadah hanya bernilai jika diniatkan ikhlas mengharap ridho Allah Taala.

Jangan lelahkan dirimu mencari pujian manusia setelah lelahmu melakukan amal ibadah. Jangan biarkan kebaikan itu menjadi debu yang berterbangan atau bahkan menjadi beban bagi dihari kiamat kelak. Bukan membelamu, malah menyerangmu. Setiap anggota badan akan berbicara memberikan kesaksian. Lisan manismu kini yang memperdaya banyak manusia takkan lagi berguna dihari persaksian. Sungguh jutaan pengikut dan tingginya perhormatan manusia yang engkau dapatkan di dunia, sama sekali tak lagi bermanfaat bagimu.

Menjaga niat, menghadirkan niat ikhlas karena Allah menjadi kunci diterimanya seluruh amal ibadah.

Penyusun: al-fakir Radikal Yuda | @ Meja Belajar Yogyakarta

Sumber : Muslim Plus

Posting Komentar

0 Komentar