Urgensi Memantaskan diri Sebelum Menikah
Pertama, Pasangan adalah cerminan diri kita
Allah tegaskan pada Surah an-Nur ayat 26:
ٱلۡخَبِيثَـٰتُ لِلۡخَبِيثِينَ وَٱلۡخَبِيثُونَ لِلۡخَبِيثَـٰتِۖ وَٱلطَّيِّبَـٰتُ لِلطَّيِّبِينَ وَٱلطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَـٰتِۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَۖ لَهُم مَّغۡفِرَةٌ۬ وَرِزۡقٌ۬ ڪَرِيمٌ۬
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji pula, dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula. Mereka yang dituduh itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka yang menuduh itu. Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia surga.” (QS. An-Nur : 26)
Pelajaran tentang pernikahan dari ayat ini:
Faidah menarik dari sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhuma saat menjelaskan ayat ini, mari kita simak penjelasan beliau:
الخبيثات من القول للخبيثين من الرجال ، والخبيثون من الرجال للخبيثات من القول . والطيبات من القول ، للطيبين من الرجال، والطيبون من الرجال للطيبات من القول. قال : ونزلت في عائشة وأهل الإفك
“Wanita yang buruk ucapannya akan mendapat suami yang buruk juga. Laki-laki yang buruk akan mendapat istri yang buruk pula ucapannya. Wanita yang baik ucapannya akan mendapat suami laki-laki yang baik pula. Laki-laki yang baik akan mendapat istri yang baik pula ucapannya.” (Tafsir Ibnu Katsir)
Ini menarik brother and sister, beliau menjadikan ucapan sebagai baromater baik buruknya perangai wanita.
Kedua, Perintah menikah untuk mereka yang sudah mampu memantaskan diri.
Dasarnya adalah sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.
“Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan (baa’ah) untuk menikah, maka menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum itu dapat membentengi dirinya.” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan lainnya).
Apa makna Baa’ah?
Dijelaskan di dalam Fatwa Islam:
والباءة هي مؤن النكاح ، فأراد الشارع أن يبين هذا الأصل ، وهو أن الزواج ليس مجرد عقد أو قضاء شهوة في حِلّها ، وإنما هو مسئولية وتكليف ومحط قوامة الرجال على النساء .
“Baa’ah maknanya kemampuan menafkahi keluarga. Ini karena Islam hendak menjelaskan sebuah prinsip dalam pernikahan, bahwa pernikahan bukan sekedar akad atau memenuhi kebutuhan syahwat secara halal. Tapi nikah adalah tanggung jawab dan pembuktian kepemimpinan laki-laki terhadap wanita.”
Ketiga, Iblis berusaha keras memisahkan sepasang kekasih yang disatukan oleh cinta yang halal.
Ternyata memisahkan suami istri itu menjadi target prioritas Iblis dan pasukannya. Maka waspadalah dan siapkan diri matang-matang untuk menuju pelaminan.
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu dari Nabi ﷺ bersabda,
إِنَّ إِبْلِيْسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُوْلُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ قَالَ فَيُدْنِيْهِ مِنْهُ وَيَقُوْلُ نِعْمَ أَنْتَ
“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air (laut) kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Datanglah salah seorang dari bala tentaranya dan berkata, “Aku telah melakukan begini dan begitu”. Iblis berkata, “Engkau sama sekali tidak melakukan sesuatupun”. Kemudian datang yang lain lagi dan berkata, “Aku tidak meninggalkannya (orang yang ia goda) hingga aku berhasil memisahkan antara dia dan istrinya. Maka Iblispun mendekatinya dan berkata, “Sungguh hebat engkau”. (HR. Muslim)
Mengapa?
Karena rusaknya keluarga akan menjadikan rusaknya kehidupan seorang.
Pelajaran dari hadis:
- Cinta dalam pasutri dari Allah, benci di dalam pasutri adalah dari setan.
- Romantisnya pasutri itu dari Allah, kehambaran rumah tangga dari setan.
Kesimpulan ini sebagaimana yang disampaikan oleh sahabat Abdullah bin Mas’ud -radhiyallahu’anhu-,
إن الإلف من الله ، وإن الفرك من الشيطان ، ليكره إليه ما أحل الله له ،
“Keromantisan/keakraban itu dari Allah, dan perpisahan itu dari setan. Agar seorang membenci rizki yang telah Allah halalkan untuknya.” (Mushonnaf Abdurrozaq)
Cara Memantaskan Diri Sebelum Menikah
- Berawal dari niat yang benar dalam menikah.
- Berbekal ilmu. Ilmu tentang fikih nikah, kisah-kisah interaksi Nabi dengan istri beliau dan kepribadian pasangan.
- Perbaiki kekurangan diri. Bisa dengan bertanya kepada diri sendiri tentang kekurangan diri atau bisa dengan bertanya kepada taman dekat
- Tingkatkan kualitas ibadah. Dengan cara meningkatkan dua hal: Ikhlas + Mutaba’ah (berupaya melakukan ibadah yang sesesuai mungkin dengan tuntunan Nabi shallallahu’alaihi wa sasllam)
- Persiapan keterampilan dasar.
- Meningkatkan kedewasaan
- Tidak baperan
- Tidak egois
- Tidak tempramental
Allah berfirman:
فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَيَجْعَلَ اللّهُ فِيهِ خَيْراً كَثِيراً
Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (QS. An Nisa: 19)
References:
Ibnu Katsir, ‘Imaduddin Abul Fida’ Ismail bin Umar. Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim. Diakses pada 1 April 2023 dari http://quran.ksu.edu.sa/tafseer/katheer/sura24-aya26.html.
As-Shon’ani, Abdurrozaq bin Hammam. Al-Jami’ Lil Imam Ma’mar bin Rosyid Al-Azdi Riwayah Abdirrozzaq As-Shon’ani (Mushonnaf Abdirrozzaq). Diakses pada 1 April 2023 dari https://islamweb.net/ar/library/index.php?page=bookcontents&ID=10006&bk_no=73&flag=1).
Islamqa. حديث ( من استطاع منكم الباءة فليتزوج ) لا يعني منع الفقير من الزوا. Diakses pada 1 April 2023 dari https://islamqa.info/ar/answers/181556/%….
9 Ramadhan 1444 H, di Kampoeng Santri Wirokreten Jogja.
Penulis : Ahmad Anshori
Artikel : RemajaIslam.com
0 Komentar