Belajar mengendarai sepeda itu tidak mudah, tidak semudah yang dikatakan dan diajarkan orang teorinya. Belajar memegang stang sebelah kiri dan kanan. Berjalan setapak demi setapak, disaat mulai berjalan karena keseimbangan belum mantap maka terjatuh.
Lecet, tergores, luka itu biasa. Jika diawal sudah ingin berhenti karena tidak sabar niscaya tidaklah berhasil. Proses itu memang harus dinikmati walau terasa tidak enak saat melewatinya.
Hidup ini sama halnya dengan itu, yaitu berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan. Saling berkompetisi untuk menjadi siapa yang akan mengusung gelar terbaik.
Bagaimana dengan dakwah menebar kebaikan dan kebermanfaatan kepada setiap insan, dakwah bukan menunjukkan siapa yang lebih hebat dalam bermain di dalamnya, siapa yang lebih tersohor namanya dihadapan para manusia, siapa yang lebih dulu memulainya dan berkecimpung didalamnya, siapa yang lebih banyak para pengikutnya.
Tapi dakwah itu mengenai semurni-murni nya niat dalam qolbu, sejernih-jernihnya tetasan amal, sebersih-bersihnya kristal tauhid, dan selurus-lurusnya jalan yang pernah ditempuh orang terdahulu yaitu sunnah.
Bukanlah tentang siapa yang paling pandai menjatuhkan, yang paling pandai menggelincirkan, dan yang paling pandai mencemoohkan.
Bukan. Bukan seperti itu.
Manusia yang telah diciptakan oleh Rabb yang maha kuat akan tetap lemah, jika ia tak memohon kekuatan kepada-Nya.
Menjalankan syariat ketika seorang diri akan terasa berat, karena memang manusia itu lemah. Berbeda ketika bersama didalam menjalankannya hampir tiada beban, terasa ringan dan indah.
___________________________________
Fitra Aryasandi (Muslim Plus)
0 Komentar