BAB I
LETAK STRATEGIS DUNIA ARAB DAN SUKU-SUKUNYA
I.1 Latar Belakang
Pada hakikatnya Sirah Nabawiyah merupakan gambaran risalah (misi) yang dibawa oleh Rasulullah SAW kepada ummat manusia, untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, dari ibadah kepada hamba menuju ibadah kepada Allah SWT.
Membaca Sirah Nabawiyah bukan sekedar untuk bahan bacaan dan mendapatkan informasi sesaat, dimana setelah itu selesai begitu saja, tetapi lebih dari itu, yaitu meneladani sifat dan kehidupan beliau dalam segala hal, mengambil ibrah (pelajaran) darinya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan di masyarakat.
I.1.1 Posisi Bangsa Arab
Kata Arab menggambarkan perihal padang pasir, gurun, tanah gundul yang gersang yang tiada air dan tanaman. Lafazh Arab selalu ditujukan kepada Jazirah Arab. Jazirah Arab dari arah barat berbatasan dengan Laut Merah dan Semenanjung Gurun Sinai, dari arah timur berbatasan dengan Teluk Arab dan bagian besar dari negeri Irak bagian selatan, dst.
Jazirah Arab memiliki peran yang amat menentukan karena letak alami dan geografisnya. Jika dilihat dari kondisi internalnya, Jazirah Arab hanya dikelilingi padang sahara dan gurun pasir dari seluruh sisinya. Akan tetapi, kondisi seperti inilah yang membuat Jazirah Arab menjadi benteng yang kokoh, yang seakan tidak memperkenankan kekuatan asing untuk menjajah. Oleh karena itu, kita bisa melihat penduduk Jazirah Arab hidup bebas dalam segala urusan semenjak zaman dahulu. Padahal mereka bertetangga dengan dua imperium raksasa saat itu dan tidak mungkin dapat menghadang serangan-serangan mereka andaikan tidak ada benteng pertahanan yang kokoh tersebut.
Sisi barat lautnya merupakan pintu masuk ke benua Afrika, arah timur laut merupakan kunci masuk benua Eropa dan arah timurnya merupakan pintu masuk bagi bangsa-bangsa asing, Asia Tengah dan Timur jauh, terus mencapai ke India dan China. Demikian pula, setiap benua lautnya bertemu dengan Jazirah Arab, setiap kapal dan bahtera laut yang berlayar tentu akan bersandar di pangkalannya.
Karena letak geografisnya seperti itulah, arah utara dan selatan Jazirah Arab menjadi tempat berlabuh bagi berbagai suku, bangsa dan pusat pertukaran perniagaan, peradaban, agama dan seni.
I.1.2 Kaum-Kaum Arab
Kaum-kaum Arab berdasarkan garis keturunan asal mereka terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :
- Arab Ba’idah
Yaitu kaum-kaum Arab kuno yang sudah punah dan tidak dapat dilacak lagi secara terperinci, seperti Ad, Tsamud, Judais, Imlaq, dll.
- Arab Aribah
Yaitu kaum Arab yang berasal dari garis keturunan Ya’rub bin Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Arab Qahthaniyah.
- Arab Musta’ribah
Yaitu kaum Arab yang berasal dari garis keturunan Ismail, yang disebut pula Arab Adnaniyah.
Tanah air Arab Aribah adalah negeri Yaman, lalu mereka berkembang menjadi beberapa kabilah (marga), yaitu :
- Himyar, anak kabilahnya yang paling terkenal adalah Za’id al-Jumhur, Qudha’ah dan Sakasik.
- Kahlan, anak kabilahnya yang paling terkenal adalah Hamadan, Anmar, Thayyi’, Madzhaj, Kindah, Lakham, Judzam, Adz, Aus, Khazraj, dll.
Anak-anak kabilah Kahlan banyak yang pergi meninggalkan Yaman, lalu menyebar luas ke berbagai penjuru Jazirah Arab. Kabilah Kahlan dan Himyar saling bersaing, yang berujung pada hengkangnya kabilah Kahlan. Hal ini terbukti bahwa kabilah Himyar masih tetap eksis di sana.
Kabilah Kahlan yang meninggalkan Yaman terbagi menjadi empat golongan :
- Adz
- Lakham dan Judzam
- Bani Thayyi’
- Kindah
Adapun Arab Musta’ribah, nenek moyang mereka adalah Ibrahim AS, yang berasal dari negeri Irak, dari sebuah kota yang disebut Ur dan kota ini terletak di tepi barat sungai Eufrat. Ibrahim AS telah berhijrah dari sana menuju Haran, setelah itu menuju ke Palestina yang kemudian beliau jadikan sebagai markas dakwah beliau. Beliau pernah mengunjungi Mesir. Fir’aun kala itu berupaya untuk memperdaya dan berniat buruk terhadap istri beliau, Sarah. Namun Allah membalas tipu dayanya dan menjadikan senjata makan tuan. Maka tersadarlah Fir’aun betapa dekatnya hubungan Sarah dengan Allah, hingga akhirnya ia jadikan anaknya, Hajar, sebagai abdi Sarah. Hal itu dia lakukan sebagai ungkapan pengakuannya terhadap keutamaan Sarah. Kemudian Hajar dikawinkan oleh Sarah dengan Ibrahim. Ibrahim kembali ke palestina, sementara dari hasil pernikahan barunya dengan Hajar tersebut Allah menganugerahinya anak pertama, Ismail. Sarah cemburu karenanya sehingga meminta Ibrahim untuk mengasingkan Hajar dan anaknya Ismail.
Maka dibawalah mereka ke Hijaz, di suatu lembah yang gersang dan tandus di sisi Baitul Haram. Pada saat itu tak ada seorang pun yang di Makkah dan tidak ada pula mata air. Beliau meninggalkan kantong kulit yang berisi kurma dan wadah air. Setelah itu beliau kembali ke Palestina. Selang beberapa hari kemudian, bekal air pun habis, sementara ditempat itu tidak ada mata air mengalir. Ketika itulah, tiba-tiba air zamzam memancar berkat karunia Allah, sehingga bisa menjadi sumber penghidupan bagi mereka berdua.
Dari waktu ke waktu Ibrahim AS selalu mengadakan perjalanan ke Makkah untuk mengetahui keadaan keluarga yang ditinggalkannya. Allah telah menyebutkan di dalam Al-Qur’an, bahwa dia telah memperlihatkan kepada Ibrahim dalam mimpinya seolah-olah dia menyembelih anaknya, Ismail. Maka beliau langsung melaksanakan perintah ini sebagaimana dalam firmannya (Q.S Ash-Shaffat : 103-107).
Setelah itu, Ismail pun dinikahkan dengan kabilah jurhum. Lalu tak lama ibunya pun meninggal dunia. Suatu saat datanglah Ibrahim menemui keluarganya ini, namun beliau tidak menjumpai Ismail, lalu bertanya pada istrinya Ismail tentang kondisi mereka. Istri Ismail mengeluhkan kehidupan mereka yang serba sulit. Lalu Ibrahim menitip pesan untuk Ismail kepada istrinya agar Ismail mengganti palang pintu rumahnya. Setelah disampaikan, Ismail pun menceraikan istrinya itu dan menikah lagi dengan putri Mudhadh bin Amr, sesepuh dan pemuka kabilah Jurhum. Ibrahim datang lagi pasca pernikahan yang kedua ini, namun lagi-lagi tidak bertemu dengan Ismail. Lalu beliau menanyakan kepada istrinya tentang kondisi mereka, namun istrinya memuji kepada Allah. Maka Ibrahim menitip pesan agar Ismail membiarkan palang pintu rumahnya. Dari perkawinannya dengan putri Mudhadh, Ismail dikaruniai oleh Allah sebanyak dua belas orang anak yang semuanya laki-laki. Dari mereka inilah kemudian berkembang menjadi dua belas kabilah.
Quraisy terbagi menjadi beberapa kabilah, diantaranya yang terkenal adalah Jumah, Sahm, ‘Adi, Makhzum, Taim, Zuhrah dan marga Qushay bin Kilab, yaitu Abduddar bin Qushay, Asad bin Adbul Uzza bin Qushay dan Abdu Manaf bin Qushay. Sedangkan dari Abdu Manaf bin Qushay terdapat empat anak, yaitu : Abdu Syams, Naufal, al-Muththalib dan Hasyim. Dari keluarga Hasyim inilah Allah pilih Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim.
Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah telah memilih Ismail dari anak cucu Ibrahim, memilih Kinanah dari anak cucu Ismail, memilih Quraisy dari anak cucu Bani Kinanah, memilih Bani Hasyim dari keturunan Quraisy dan memilihku (Muhammad) dari keturunan Bani Hasyim.”
(H.R. Muslim)
Dari al-Abbas bin Abdul Muththalib, berkata, Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah telah menciptakan makhluk, lalu Dia menjadikanku sebaik-baik golongan mereka dan sebaik-baik dua golongan, kemudian memilih beberapa kabilah, lalu menjadikanku bagian dari sebaik-baik kabilah, kemudian memilih beberapa keluarga lalu menjadikanku bagian dari sebaik-baik keluarga mereka, maka aku adalah sebaik-baik jiwa di antara mereka dan sebaik-baik keluarga di antara mereka.”
(H.R Tirmidzi)
Maka Rasulullah SAW memang terbukti berasal dari suku(kabilah) terbaik dan dari keluarga terbaik.
Dua imperium raksasa? Siapa itu?
Kenapa Islam dan Al-Qur’an diturunkan di tanah Arab???
Kenapa??? Hayooo… coba dibaca ulang atau di ingat peristiwa di atas..!!
Kenapa Nabi Ibrahim mau mengerjakan mimpinya yaitu menyembelih anaknya Ismail?
0 Komentar