Jangan Putus Asa Meminta Maaf Kepada Allah, Sebesar Apapun Kesalahanmu!

 Dunia ini selalu berisi ujian dan cobaan, tak pernah berhenti. Bahagianya ya ujian, sedihnya juga ujian. Sebagaimana Allah terangkan,

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya: 35)

Keadaan ini menunjukkan dunia bukan tempat tinggal terakhir, namun kita semua sedang diuji di alam dunia ini. Dunia bukan tempat tinggal yang sepatutnya membuatmu nyaman, namun hendaknya ujian-ujian di dunia ini hendaknya membuatmu rindu kepada alam akhirat dengan surganya yang  amat indah dan nikmat.

Belum lagi dunia dikabarkan oleh Al-Quran kenikmatannya amat sedikit jika dibandingkan akhirat, dikakabarkan oleh Nabi lebih rendah nilainya daripada  anak kambing yang mati bangkai, lebih murah dari sehali sayap nyamuk yang tipis dan tak ada yang mau membelinya walaupun diberi gratis.

Kefanaan-kefanaan dunia ini hendaknya menyadarkan kepada kita untuk lebih mendominankan perhatian kepada nasib di akhirat, dunia diambil sebatas untuk menjadi jembatan meraih bahagia di akhirat. Dan lebih optimis dan  bekerja keras untuk mendapatkan kebahagiaan di alam akhirat.

Sobat remaja, coba perhatikan pendekatan logika yang saya utarakan berikut, semoga bisa menggugah nurani agar kamu tetap mau berubah menjadi lebih baik, agar kamu tidak dipermainkan setan hingga putus harapan dan asa untuk bertaubat dari kesalahan.

Bukankah kita bisa bersikap optimis dan tak mudah putus asa mengadapi persoalan dunia?!

Saat lapar orang tidak menyerah kepada laparnya, saat haus orang tak menyerah pada dahaganya, dia akan mencari air yang menghilangkan hausnya. Dan maslahat dan kebutuhan duniawi lainya.

Lantas mengapa menyerah kepada dosa?! Mengapa bisa menyerah pada dosa kemudian tidak mau berubah, tidak mau meminta maaf kepada Allah?! Padahal perjuangan itu adalah untuk nasib Anda di akhirat yang lebih indah.

Mengapa Anda tidak berusaha menghindar dari hukuman di akhirat dengan bertaubat kepada Allah ‘azza wa jalla?!

Jika seorang berusaha menghindari banyak makanan karena khawatir menyebabkan penyakit, mengapa tidak berusaha menghindar dari dosa karena takut kesusahan yang diakibatkan?!

Bukankah nanti dia akan berdiri di hadapan Allah, kemudian mempertanggungjawabkan semua yang dia lakukan di kehidupan dunia ini?!

Adahuai betapa seringnya orang-orang begitu khawatir dari hal-hal yang membahayakan kesehatan badannya, namun ia tidak khawatir dari hal-hal yang menyebabkan dia ditimpa azab Allah.

Ibnu Syubrumah berkata,

عجبت لمن يحتمي من الطغيبات مخافة الداء، كيف لا يحتمي من المعلصي مخافة النار

“Aku heran dengan orang menghindari makanan-makanan yang baik, karena takut menyebabkan penyakit, namun tidak menghindari dosa-dosa karena takut neraka.” (Lihat: Adab Ad-Dunia wa Ad-Din, Al-mawardi (hal. 97).

Hammad bin Zaid berkata,

عجبت عمن يحتمي من الأطعمة لمضراتها، كيف لا يحتمي من الذنوب لمعرتها

“Aku heran dengan orang yang berhati-hati dari makanan yang baik, karena takut menyebabkan penyakit, namun tidak berhati-hati dari dosa-dosa karena takut dengan kesusahan yang disebabkannya.” (Adab Ad-Dunia wa Ad-Din, Al-mawardi (hal. 103)

Mari terus bertaubat, terus mengulang-ulang merendahkan hati dan diri untuk mengemis maaf di hadapan Allah, walau 70 kali sehari, walau lebih 100 kali sehari, meski harus ribuan kali Anda mengemis maaf kepada Allah, lakukan! Jangan pernah ragu! Allah senang dengan hambanya yang sering mengemis maaf kepadaNya. Seperti yang dilakukan oleh junjungan kita Nabi Muhammad -shallallahu’alaihi wa sallam-,

 يا أيها الناس توبوا إلى الله فإني أتوب في اليوم إليه مائة مرة.

“Wahai manusia semuanya, bertaubatlah kepada Allah, sungguh aku bertaubat kepada Allah 100 kali dalam sehari.” (HR. Muslim).

Suatu hari seorang berujar di hadapan Hasan Al-Basri,

ألا يستحي أحدنا من ربه! يستغفر من ذنوبه ثم يعود ثم يستغفر ثم يعود؟!

“Apa ngga’ seharusnya malu kepada Tuhannya seorang yang meminta ampun kepadaNya lalu mengulangi kesalahannya kemudian meminta maaf lagi kepada Allah dan mengulang kesalahannya lagi?!”

Hasan Al-Bashri menjawab,

ودَّ الشيطان لو ظفر منكم بهذا، فلا تملُّوا من الاستغفار”

“Jika seperti ini anggapan kalian setan akan menang melawan kalian. Jangan pernah bosan dan malu untuk beristighfar!”

 _____________________________________________________________

Penulis: Ahmad Anshori

Artikel: RemajaIslam.com

Posting Komentar

0 Komentar